Senin, 07 Juni 2021

MEDIA MERDEKA BELAJAR-PROVOKASI DENGAN MEDIA KESUKAAN ANAK (BU AMI-GURU KELAS TK A)

 Provokasi dengan media kesukaan anak

(Aminatuliyah, TK A Islam Umar Harun)


Suasana kelas yang kondusif, tenang dan menyenangkan merupakan harapan kami setiap akan memulai pembelajaran. Berharap semua kegiatan berjalan sesuai RPP, menyenangkan tanpa hambatan. Pada kenyataannya kadang harapan itu tidak sesuai, anak-anak berlarian atau bermain di luar kelas. Apalagi saat hari pertama masuk sekolah setelah 3 hari belajar di rumah (Hari Jum’at, Sabtu dan Minggu) tenaga mereka full bak selesai di charge dan siap untuk disalurkan. Selain bermain di halaman, biasanya meja dan kursilah yang menjadi sasaran utama di kelas, Tentu saja ini membuat kondisi kelas kurang nyaman. Apalagi saat akan kegiatan mabda’ (kegiatan keagamaan seperti praktik gerakan wudhu dan salat, menghafal surat-surat pendek, hadis pilihan, doa-doa harian) anak-anak terlihat tidak  semangat bahkan ada yang tidak bersedia mengikutinya karena masih asyik bermain meja dan kursi.

Ketika anak-anak tidak semangat  dan kondisi kelas tidak kondusif seperti itu, kami sering mengingatkan mereka seperti ”ayo kita kegiatan mabda’ dulu nanti bermain lagi, kalau teman-teman mabda’nya tidak segera nanti kita bisa terlambat pulangnya karena kegiatan yang lainnya juga  akan mundur, ayo bertanggungjawab dikembalikan dulu meja dan kursinya, bawa kursinya di angkat bukan di dorong, turun dari meja, dan lain-lain. Kami mengingatkannya terkadang dengan suara keras, karena tidak mau kalah dengan kebisingan mereka.

Saya dan tim kelas harus segera melakukan tindakan agar anak-anak semangat saat kegiatan mabda’. Seperti biasa, sepulang sekolah kami berefleksi, Kami menyadari bahwa mabda’ memang kegiatannya ya itu itu terus jadi wajar kalau anak-anak cepat bosan. Seharusnya kami sebagai fasilitator harus bisa mengemasnya semenarik mungkin. Supaya anak-anak tetap semangat dan tertarik untuk mengikutinya.

Melihat anak-anak lagi suka-sukanya bermain dengan meja dan kursi, kami berencana menggunakannya sebagai media untuk provokasi. Kami juga merancang provokasi tersebut dengan memasukkan tujuan belajar sensori fisik motorik seperti berlari, berhenti dan melompat dengan lincah, berdiri dengan 1 kaki selama 10 detik, jalan mundur dengan berjinjit, naik turun tangga dengan kaki bergantian tanpa berpegangan dan berjalan pada balok Titian tanpa hambatan. Karena provokasi dengan media kesukaan anak, Alhamdulillah mereka terlihat ceria dan semua anak siap dengan semangat melakukan kegiatan mabda’ satu persatu. Kelas pun terasa lebih kondusif. Kegiatan juga bisa terlaksana sesuai jadwal.




 

 

Ingin tahu lebih banyak tentang karya guru lain, anda bisa membaca dengan klik Di sini

Mau tahu lebih detail tentang Sekolah Islam Umar Harun, anda bisa membuka dan membaca profil Di sini

1 komentar:

  1. Wahh.. Menarik sekali cerita Bu Ami,.. Tulisannya juga nyaman dibaca. 🤩😊

    BalasHapus