“Diam Tidak Tahu, Berbicara Bisa Saling Membantu”
Lailia Syahriyatum Mukharomah, Guru Kelas TK B
Sekolah Islam Umar Harun
Peristiwa yang sering terjadi di awal semester dua, setelah kegiatan belajar di rumah karena pandemi. Siang itu mas Yusuf (6 tahun) terlihat duduk dengan wajah cemberut di samping rak tas. Saya sebagai guru kelasnya belum mengetahui apa yang menjadi penyebabnya. Kejadian ini bukan yang pertama kali terjadi. Mas Yusuf beberapa kali saya dan guru lainnya temui duduk menyendiri di tempat yang jauh dari tempat teman lainnya berkumpul. Jika diurut-urut, biasanya itu terjadi ketika ada masalah baik dengan diri sendiri ataupun dengan temannya.
Hal ini juga terjadi pada beberapa anak lain. Ketika ada masalah, mbak Kizzy memilih menyendiri di samping rak. Sementara mbak Afah sering ditemui diam dan akhirnya menangis di tempat yang jauh dari tempat teman lainnya berkumpul. Lain lagi dengan mas Rifqi dan mas Faruq, mereka kadang tiba-tiba berteriak dan membentak temannya saat menyampaikan atau menginginkan sesuatu.
Peristiwa ini seringkali membawa konsekuensi bagi jalannya proses belajar kami. Kegiatan kelas kadang menjadi mundur, pulangnya bisa terlambat sehingga orang tua menunggu lama di gerbang sekolah, teman lain merasa kurang nyaman, dan anak yang mengalami masalah tersebut biasanya ketinggalan kegiatan di kelas.
Saya dan teman-teman guru mencoba mendiskusikan peristiwa ini bersama anak-anak esok harinya.
"Teman-teman apa yang akan kalian lakukan saat ada masalah pada diri sendiri atau masalah dengan teman, agar orang lain bisa segera membantu menyelesaikan masalah yang terjadi?"
Mereka dengan wajah polosnya tak langsung menjawab pertanyaan saya, mereka masih berusaha memahami pertanyaan dari saya, saya mulai menyederhanakan pertanyaan dengan menambah pertanyaan lainnya.
"Kira-kira kalau ada masalah di sekolah atau di kelas, teman-teman harus gimana?"
"Lapor Bu Guru, Bu," mas Nabil dan mbak Alina menjawab bersamaan dengan suara jelas.
"Baik, lapor ke Bu Guru ya? Hmmm kira-kira apa yang akan terjadi kalau kalian ada masalah tapi tidak mau bicara dan hanya diam saja?"
"Nggak ada yang tahu dan nggak bisa dibantu, Bu" mbak Kizzy menimpali. Saya rasa pendapat ini berasal dari pengalamannya.
"Gimana rasanya mbak Kizzy, saat membutuhkan bantuan tapi hanya diam saja?"
"Soalnya aku takut kalau mau bilang, Bu".
"Tapi, setelah mbak Kizzy berani bicara dengan guru atau teman, gimana rasanya?"
"Enak bu, pas kemarin aku sakit perut, bu Lia langsung membantu dan kasih obat minyak kayu putih terus diolesin diperutku".
Dari ide mas Nabil, mbak Alina dan mbak Kizzy ini, teman yang lain juga berinisiatif bergantian memberikan pendapat. Seperti : kalau lapor guru nanti akan dibantu, kalau bicara orang lain akan tahu maksudnya, kalau diam saja pasti tidak tahu dan orang lain bisa binggung, kalau bicara suaranya wajar saja biar teman lain tidak kaget dan takut.
Sebenarnya dari pendapat tersebut, mereka terlihat sudah tahu cara menyelesaikan masalah dengan benar. Akan tetapi seringnya kalau ada masalah masih saja ada yang takut untuk mengungkapkan masalahnya, akhirnya tidak bisa terselesaikan di sekolah dan akan dipendam masalahnya sampai di rumah. Perbincangan hari itu kami garisbawahi sebagai upaya mendorong anak-anak untuk berani mengungkapkan permasalahannya.
Alhamdulillah proses belajar ini perlahan mulai terlihat perubahan baiknya dipertengahan semester dua sampai sekarang. Setelah perbincangan hari itu, anak-anak mulai belajar mengkomunikasikan saat diri sendiri ada masalah, teman kelas mengalami masalah dan teman kelas lain baik yang usianya lebih muda atau lebih tua mengalami masalah dan segera membutuhkan bantuan.
Contohnya suatu hari saat briefing pagi untuk guru sedang berlangsung, mas Yusuf dan mas Rifqy dari arah gedung Utara berlari tergesa-gesa dan terlihat mencari guru. Saya yang sedang bertugas piket penyambutan, menyetop lari kencangnya mereka dengan mengajukan pertanyaan kepada mereka berdua.
"Mas, kalian mau kemana?"
"Aku mau cari bu Rofah bu". Mereka menjawab dengan nafas tersengal-sengal.
"Ada apa? bu Rofah masih ikut breafing. Ada apa to, bu Lia bisa bantu?"
"Itu bu, mas Husain naik-naik tangga bangunannya pak tukang. Itu kan bahaya Bu," kata mas Rifqy sambil menunjuk ke arah bangunan yang berada pas disamping gedung Utara. Mas Husain adalah teman mereka di TK B, Mas Husain memiliki kebutuhan khusus, dia belum bisa bicara jelas dan selalu tertarik dengan tanggan bangunannya pak tukang.
"Oke, ayo bu Lia bantu. Bu izin dulu ya". Saya pun izin kepada teman guru piket penyambutan untuk membantu mereka menemui mas Husain.
Segera mereka berdua mengikuti saya menuju gedung pondok yang baru dibangun itu.
"Bu, itu mas Husain," mas Rifqy menunjuk ke arah mas Husain yang sudah di atas dan sedang duduk di tangga pak tukang yang terbuat dari bambu.
"Bu, aku bantu ya," mas Rifqy dan mas Yusuf dengan wajah tulus menawarkan bantuan.
"Terima kasih ya Mas, sudah bilang bu Lia untuk membantu mas Husain. Mas Rifqy dan mas Yusuf di sini saja ya, di sana banyak paku dan peralatan pak tukang yang berserakan".
"Iya bu, aku tunggu di sini". Mas Rifqy dan mas Yusuf berdiri di depan pintu gedung Utara sambil melihat saya membantu mas Husain turun tangga.
Dari peristiwa ini, saya merasakan hasil belajar dari pelibatan anak. Ketika kita mau melibatkan mereka memberikan pendapat atau menemukan solusi sendiri atas masalah yang sedang terjadi, secara tidak langsung juga memberikan tanggung jawab mereka atas ide atau solusi yang diutarakan. Apapun kebaikan yang kita lakukan kepada anak, masing-masing akan menjad teladan bagi siapapun di lingkungan.
Mengutip tulisan bu Najelaa Shihab dalam buku beliau yang berjudul “Semua Murid Semua Guru 2”, halaman 93 yaitu “Guru yang belajar dari anak, membuat anak mendapat teladan cara terbaik untuk juga belajar dari guru”. Semoga saya dan teman guru lainnya bisa menjadi teman belajar yang menyenangkan dan dimudahkan dalam membantu proses belajar bersama anak yang selalu komitmen pada tujuan, mandiri menentukan cara dan melakukan refleksi untuk perubahan baik kedepannya.
Tetap Semangat, Terus Belajar
Yesssssss J
Ingin tahu lebih banyak tentang karya guru lain, anda bisa membaca dengan klik Di sini
Mau tahu lebih detail tentang Sekolah Islam Umar Harun, anda bisa membuka dan membaca profil Di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar