Kamis, 03 Juni 2021

REFLEKSI KARYA GURU-PEMIMPIN SIAP BEREFLEKSI (BU NISA GURU KELAS 4 SD)


 Pemimpin Siap Berefleksi, Terwujudlah Perbaikan Diri Setiap Hari

Zakiyatun Nisa, Guru Kelas 4SD

    Berperan menjadi seorang pemimpin menurut saya, merupakan proses penataan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Bagaimana seorang pemimpin dapat menjadi teladan bagi timnya, bertanggungjawab terhadap semua tugasnya, mengatur semua agenda harian untuk menghindari tugas yang menumpuk dan tertunda. Namun, pemimpin juga seorang manusia biasa yang tak luput dari sebuah kesalahan, dimana terkadang ego dalam diri yang berperan. Biasanya, kalau ego yang sedang mendominasi dalam diri, akhirnya muncul sikap malas, menunda tugas dan cenderung cepat emosi. Adanya hal-hal seperti demikian yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja seorang pemimpin. Sering pula pemimpin ada saatnya berada di titik jenuh seperti ini, menghadapi semuanya dalam kesendirian.

    Selain tanggungjawab terhadap tugasnya, seorang pemimpin juga harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap semua yang menjadi amanahnya. Hal tersebut yang selalu saya usahakan untuk mewujudkannya . Adanya banyak tugas yang perlu diselesaikan tidak menjadi hambatan untuk tetap berdaya mencari cara dan merefleksikannya.

    Harapan pasti selalu menjadi angan yang selalu ingin diwujudkan. Bagaimanapun caranya diusahakan dapat tercapai dengan hasil yang maksimal. Dalam perjalanan saya mewujudkan harapan menjadi seorang pemimpin yang berkomitmen dan bertanggungjawab tetap mengalami berbagai tantangan. Tantangannya pun beragam dari faktor internal dan faktor eksternal. Tantangan faktor internal lebih pada bagaimana saya mengelola diri yaitu menyeimbangkan antara kepentingan pribadi dan tujuan bersama. Dimana saya tidak larut dengan kebutuhan diri sehingga melalaikan tugas utamanya. Sering sekali, jika saya sudah merasa penat dengan berbagai tugas kepala sekolah, saya cenderung akan memilih sedikit abai dengan yang terjadi pada saat itu dalam jangka waktu yang lumayan lama. Kesannya saya terlihat seperti sedang rehat sejenak tapi sebenarnya saya  sedang menghindari masalah.

    Dampak dari itu semua, akhirnya meluas hingga ke faktor eksternal yaitu banyaknya tugas yang menumpuk sehingga ada beberapa agenda rapat dan tugas lainnya yang overlapping. Pastinya banyak agenda menjadi mundur tidak sesuai target dan harus reschedule. Ditambah lagi semua agenda yang saya  rencanakan tidak pernah saya catat. Saya terbiasa mencatat itu hanya di fikiran saya saja. Dikarenakan saya pernah ,mencoba mencatat semua agenda yang harus saya lakukan, tapi pada akhirnya semuanya zonk tidak terlaksana.

    Cukup meresahkan jika saya terus menerus saya tidak segera melakukan perbaikan diri. Saya tidak bisa dengan segera mengajak tim guru untuk melakukan banyak hal terhadap tugasnya, kalau saya sendiri masih berkutat dengan berbagai kendala dalam diri saya. Di satu waktu saya akhirnya melakukan refleksi besar-besaran. Memetakan kebutuhan saya yang perlu dibenahi dan menentukan tindaklanjutnya.

 

No

Kebutuhan

Aksi

1.

Pengendalian diri yang belum stabil

Melakukan selftalk, mempertanyakan pada diri sendiri terkait tujuan menjadi kepala sekolah, kenapa mau menjadi kepala sekolah, bagaimana menjadi kepala sekolah yang baik, kapan merasa sudah merasa menjadi kepala sekolah yang baik. Proses selftalk saya lakukan dengan membuat pertanyaan yang tertulis dan saya pun menjawab sendiri perrtanyaan-pertanyaan tersebut, karena terkadang sebenarnya diri sendiri itu belum tahu melakukan sesuatu itu atas dasar apa. Dari catatan pertanyaan ini maka akan terlihat keseimbangan diri apakah masih berfokus pada ego atau tujuan bersama.

2.

Sering menunda tugas ketika moodnya tidak baik

 

Memperbaiki mood dengan melakukan me time yaitu memberikan kesempatan diri untuk rehat sejenak dengan melakukan kegiatan yang disukai seperti: nonton film, baca buku, mendengarkan musik, ngobrol dengan teman. Untuk menghindari me time yang berlarut-larut, saya membuat standar pencapaian diri, yaitu ketika saya sudah dapat tertawa, tersenyum atau merasa bersemangat lagi bahkan menemukan insight dari me time yang saya lakukan. Berarti disitu sebenarnya mood saya sudah membaik, lalu segerakan untuk melakukan tugas berikutnya

3.

Terkadang masih memilih lari dari masalah

Sebenarnya lari dari masalah ini adalah ketidakmampuan diri untuk melakukan refleksi, maka yang terjadi saya lari, abai dan tidak peduli. Maka yang saya lakukan sama dengan point 1 yaitu selftalk dengan panduan pertanyaan yang berbeda. Dilakukan ditempat yang hening dan membuat nyaman, karena suasana yang nyaman akan mudah membuat diri berfikir jernih

4.

Jarang mencatat agenda harian yang akan dilakukan

Memulai membiasakan diri mencatat setiap agenda harian yang akan dilakukan, agar tidak mengulangi kesalahan yang sama, yaitu jika dengan mencatat maka hasilnya akan zonk tidak terlaksana. Saya memulai dengan mencatat agenda harian sekitar satu sampai tiga poin dan dalam jangka waktu yang pendek. Sehingga lebih mudah dan ringan memantau pelaksanaannya.

5.

Merasa mampu untuk menyelesaikan semua masalah sendiri

Ini sebenarnya terkadang saya merasa dapat menyelesaikan semua masalah yang saya hadapi tanpa bantuan orang lain. Setelah saya telaah diri saya, terkadang rasa ini muncul karena sebagai kepala sekolah tidak ingin terlihat tidak mampu dihadapan timnya. Padahal kita tidak perlu membatasi hal tersebut, tidak perlu sibuk mencitrakan diri baik-baik saja, namun sebenarnya sedang merasa kesepian dan kesulitan dalam kesendirian. Maka langkah yang saya ambil adalah memulai membuka diri, bercerita dan meminta saran dan masukan dari orang-orang terdekat. Seperti: ketua yayasan, rekan sejawat, keluarga dan lingkungan lainnya yang dirasa mampu untuk menumbuhkan semangat melakukan perbaikan.


    Kesadaran diri akan kebutuhan melakukan refleksi membuat saya lebih mampu untuk memperbaiki diri. Tidak ada kata terlambat untuk melakukan sebuah perubahan baik dalam diri. Kuncinya adalah mau atau tidak melakukan perubahan itu. Setelah melakukan refleksi besar-besaran, langkah selanjutnya adalah menjaga konsistensi diri, karena sebenarnya sebagai seorang pemimpin sebelum mendisiplinkan timnya, terlebih dahulu pemimpin mendisiplinkan dirinya. Saya sering menyebutnya dengan swadisiplin, swadisiplin saya disini yaitu dengan menjaga konsistensi diri melakukan perbaikan yang sudah saya tentukan sendiri. Apapun tantangannya menjadi seorang pemimpin, sebenarnya disitulah proses belajar yang sesungguhnya menjadi seorang pemimpin yang paham dengan apa yang dilakukannya. Sehingga terwujudlah harapan menjadi pemimpin yang lebih baik setiap harinya.


Ingin tahu lebih banyak tentang karya guru lain, anda bisa membaca dengan klik Di sini

Mau tahu lebih detail tentang Sekolah Islam Umar Harun, anda bisa membuka dan membaca profil Di sini

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar