Bumi Kita
Zakiyatun Nisa, Guru Kelas 4 SD
Maret Berkabung
Cerita tentang alam dan bertahan hidup
Cerita tentang sua yang tak jumpa
Cerita tentang dekat yang tak mampu mendekat
Cerita tentang temu yang tak kunjung ada waktu
Semua berubah tentang salam, sapa dan jabat erat
Hati terguncang dan meradang
Ada ketakutan yang tak mampu hengkang
Kegelisahan menyusup dalam sendi-sendi raga bagai ilalang yang bergoyang
Rumah-rumah yang ramah dulu terbuka lebar
Kini mulai tak terlihat dan tak ada kabar
Tawa dan senyum setiap insan yang melebar merekah
Kini hanya bisa terkesan dalam debar tertutup cadar
Bumiku…
Apakah kau terlihat sendu diujung pilu?
Melihat manusia-manusia yang tak tampak telah berlalu
Ataukah kau merasa kaku dengan suasana yang telah baru
Tersiar kabar dari ujung awan bertaut dari kawan ke kawan
Kematian dan kehilangan seakan menjadi sajian rutinan
Oh… ternyata bumi semakin tua dan gersang
Menghempas sakit yang melanda ke semua penjuru dunia
Benar-benar bukan sebuah halusinasi atau imaji belaka
Kesedihan ini sangatlah nyata dan terasa
Hanya orang-orang congkak dan pongah
Yang menganggap luka bumi ini adalah konspirasi
Bumi dan seisinya seakan dibuat bingung dan kalang kabut
Kehidupan seakan menyesakkan dada menjerat luka
Tersisa dua pilihan mengalah atau bertahan
Ketika diri mengalah pada keadaan, jiwa akan terjerat dengan sumpah serapah
Ketika diri melangkah untuk bertahan dengan perubahan semesta, jiwa dan raga berdaya
Cukup sudah menyalahkan dan tak percaya
Ingatlah kita semua berpijak pada bumi pertiwi
Sekian abad telah berjuang dengan segala peradaban
Sekarang saatnya pula kita bertahan untuk berjuang
Mengukir kisah di situasi yang melelahkan
Namun kita tak boleh lengah sekalipun
Kita masih tetap harus bersinar ditengah pelita
Ingat cita-cita dan harapan mulia di ujung perjalanan ini
Saatnya untuk dapat berdiri tegak mengulurkan tangan dan saling berpegangan melalui keterikatan tanpa sentuhan
Percayalah… perlahan dan penuh kepastian badai ini akan berlalu
Layaknya angin yang berhembus ke sekian hulu
Bumi kita bumi pertiwi Indonesia
Menatap tajam menanti tanpa henti
Asa dan karya dari para penerus bangsa
Sarang dikala hujan, 15 Desember 2020
Ingin tahu lebih banyak tentang karya guru lain, anda bisa membaca dengan klik Di sini
Mau tahu lebih detail tentang Sekolah Islam Umar Harun, anda bisa membuka dan membaca profil Di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar