Belajar Disiplin Dari Hal Kecil
(Nuriyah Elviyana, Guru KB Islam Umar Harun)
Menjadi orangtua atau guru yang mendampingi anak, tentunya tidak mudah, ditambah lagi ekspektasi tinggi yang melatar belakangi berbanding jauh dengan perkembangan anak, tentunya bikin kesal di hati. Disini saya akan bercerita tentang mengajak anak untuk belajar disiplin dengan cara sederhana yaitu dengan menaruh barang pada tempatnya. Cerita ini bermula pada masa awal pembelajaran, banyak anak-anak yang memperlihatkan sifat yang ingin di perhatikan, seperti selalu menyuruh ketika ingin mengambil sesuatu, belum siap ketika diarahkan untuk merapikan mainan, atau mengembalikan barang ke tempatnya. Ketika guru mengingatkan dan mengarahkan mereka langsung menghindar dan tidak menghiraukan guru, efeknya pun beragam, sandal hilang karena tidak ditaruh pada tempatnya, kotak makan tertinggal, kerudung tertinggal, dan masih banyak lagi. Dari sini guru merasa masih galau atau bingung Karena pasti orang tua akan menanyakan barang-barang yang dibawa anak dari rumah, gurupun merasa mempertanggung jawabkan ke orangtua. Sempat berpikir, kalau mereka dibiarkan untuk tetap di perhatikan akan kurang bagus untuk perkembangannya ke depan. Melihat tahapan perkembangannya yang mana (anak sudah mampu menerima informasi yang telah disampaikan sebelumnya), jadi semakin tergerak untuk memberikan stimulus agar disiplin dan mandiri.
Dalam aksinya, saya menggali latar belakang kepengasuhan orangtuanya, apakah di rumah sudah terbiasa mandiri, atau terbiasa di perhatikan. Selanjutnya, berkomunikasi dengan orangtua untuk membuat kesepakatan, bahwasannya anak mampu diberi kepercayaan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, jadi orangtua harus sepakat menahan diri untuk langsung membantu pekerjaan anak, misalnya ambil minum sendiri, makan sendiri, membereskan mainan, mengenali barang-barangnya, dll. Setelah orangtua sepakat kami mengajak anak-anak untuk berefleksi, betapa pentingnya menaruh barang pada tempatnya, seperti menaruh sandal pada tempatnya, menaruh kotak makan sehabis digunakan, menaruh mainan, dll, dalam refleksi nya kita kenalkan ke anak-anak apa akibatnya kalau kita tidak menaruh barang pada tempatnya, misalnya sandal, kalau tidak ditaruh pada tempatnya akan hilang, rusak karena terinjak, ajak anak-anak untuk mengenali efek atau akibat tidak disiplin untuk menaruh barang pada tempatnya secara logis, maksudnya alasannya harus benar-benar sesuai, bukan seperti, kalau tidak menaruh sandal di rak tidak dibelikan sandal baru misalnya, itu adalah contoh yang tidak logis.
Setelah refleksi dari kejadian tidak menaruh barang pada tempatnya, saya mengajak anak untuk membuat kesepakatan, yang isinya kalau ada barang yang hilang karena tidak di taruh pada tempatnya, maka anak harus mencarinya, dalam pembuatan kesepakatan ini tentunya saya sebagai guru, mengarahkan anak untuk berpikir dalam pembuatan kesepakatan bersama. Prakteknya, meski di awal awal masih butuh arahan, penguatan, diingatkan, tapi alhamdulillah sekarang anak-anak sudah terbiasa dengan kebiasan itu yaitu disiplin dengan menaruh barang pada tempatnya. Terima kasih
Kemampuan guru untuk menjalin komunikasi dengan orang tua dan bekerjasama untuk meningkatkan perkembangan anak ternyata sangat membantu perubahan baik pada kebutuhan anak. Keren 👍💖
BalasHapus