BELAJAR
MERDEKA UNTUK MERDEKA BELAJAR
Story
by : Guru Joko Supriyanto*
Apa
jadinya saat guru sudah merancang kegiatan, namun anak memilih untuk melakukan
kegiatan lain? Apa yang harus dilakukan oleh guru?
10
November 2019. Pada tanggal itu bertepatan dengan hari Minggu dan peringatan
hari pahlawan, dimana itu adalah jadwal saya untuk mengisi kelas ekstra. Ekstra
silat tepatnya, karena itu yang diamanahkan untuk menjadi tanggungjawab saya.
Sebagaimana biasanya, jauh-jauh hari saya sudah merancang kegiatan bersama tim
guru ekstra silat lainnya dan kami sepakat untuk melanjutkan program latihan
sesuai dengan LP yang dibuat, yaitu latihan kekuatan otot kaki dan seni dasar
bermain tongkat. Untuk tempat pelaksanaannya seperti biasa, kami melakukan
disudut lapangan yang cukup teduh untuk latihan bersama anak-anak.
Kini
saatnya tiba. Setengah jam sebelum kegiatan dimulai, kami menemui pendamping anak
di masing-masing kelas untuk menanyakan kesiapan anak mengikuti kelas ekstra.
Sedikit gambaran, kelas ektra kami ini diikuti anak-anak dari lintas jenjang,
dari kelas TK A – kelas 3 SD, semua berlatih bersama dalam satu tempat.
Setelah
melakukan koordinasi dengan masing-masing pendamping kelas, di luar dugaan kami
mendapat informasi bahwa mayoritas anak menginginkan berlatih di tempat lain
(tidak di lapangan) dengan berbagai alasan yang mereka ungkapkan, salah satunya
karena tempat lapangan lumayan jauh dan sebagian juga bosan karena sudah sering
latihan di sana.
“waduhhh,…
gawattt,… kacau semua deh rencananya”. Sepintas kata ini yang muncul dibenak
saya. Namun bagaimanapun juga kelas ekstra harus berlanjut, kami segera
berembuk untuk mencari solusi. Kami melakukan survei di beberapa tempat yang
dekat dengan sekolah. Hingga akhirnya kami menemukan tempat yang menurut kami cocok
untuk berkegiatan, semoga saja tempat ini juga cocok menurut anak. Tempat
tersebut berada di dekat pantai yang cukup teduh karena banyak pohon cemara di
sana, berada di belakang kantor PKK dan lebih dekat dibanding tempat latihan
sebelumnya.
Anak-anak
sudah berkumpul di depan gerbang sekolah dengan ditemani guru pendamping dari
masing-masing kelas. Kami menceritakan tentang lokasi yang kami temukan.
Alangkah bahagianya, mereka bersorak riang gembira dan tampak lebih semangat
dari sebelumnya. Kami mulai berjalan beriringan dengan formasi anak SD
mengandeng anak PAUD untuk menumbuhkan sikap saling menjaga dan menghormati,
mengingat juga rute perjalanan kami akan ada sesi penyebrangan jalan.
Setelah
sampai di lokasi, kami memberikan kesempatan anak untuk bermain-main
sekedarnya. Ada yang bermain pasir, mengumpulkan dedaunan, melihat laut lebih
dekat, dan ada juga yang memilih duduk santai di bawah pohon. Kami senang
melihat ekspresi anak yang senang dan ceria, kami mengamati kegiatan mereka
sembari megawasi dari kejauhan. Setelah dirasa cukup, kami mengumpulkan
anak-anak di satu titik untuk memulai kegiatan.
Kami
berembuk kembali dengan tim guru tentang kegiatan apa yang akan diberikan ke
anak. Kami teringat dengan salah satu slogan dari SALAM (Sanggar Anak Alam)
bahwa Anak adalah Mahaguru bagi dirinya dan sumber belajar bagi temannya.
Kami setuju dengan slogan tersebut, dan berbekal pengetahuan tentang siklus
merdeka belajar, kami sepakat untuk membuat kegiatan yang semua berasal dari anak,
untuk anak, dan tentunya sesuai dengan perkembangan anak. Terserah anak mau
berkegiatan apa saja, kami sebagai guru akan berperan sebagai fasilitator bagi
anak.
Praktik siklus pertama : Komitmen pada tujuan. Pada awalnya kami meminta untuk bersama-sama melihat ke arah laut dan memfokuskan ke satu objek atau benda. Selang beberapa saat, kami bertanya ke masing-masing anak hingga akhirnya mereka menyadari bahwa dalam satu arah yang sama, ternyata bisa memunculkan banyak pandangan yang berbeda. Saat ditanya apa yang dilihat, anak menjawab ada yang melihat batu, ombak, pasir, laut, kapal, benteng runtuh, dan lain sebagainya. Dari jawaban inilah kami mencoba untuk menanamkan ke anak bahwa setiap orang itu berbeda, baik sudut pandang maupun kemampuan yang dimilikinya.
Oleh karena itu dalam kehidupan kita akan selalu membutuhkan orang lain dan dari hal itulah kita seharusnya saling menjaga dan saling menyayangi antar teman. Nah, masuk deh, point inti dari makna silat yang bukan sekedar berantem, tapi lebih untuk menjaga diri maupun orang lain.
Di bagian ini kami juga ingin menekanlan lagi bahwa untuk latihan silat itu tidak melulu dengan cara yang keras, namun bisa juga dengan cara bermain yang menyenangkan. Namun saat itu kurang efektif karena anak berkumpul dalam kelompok besar, anak-anak jadi kurang paham dengan apa yang kami sampaikan. Menyadari hal ini, kami langsung membagi anak dalam kelompok kecil. Kebetulan saat itu ada tiga teman guru yang ikut mendampingi ekstra silat. Akhirnya kami membagi anak dalam tiga kelompok kecil hingga masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 anak, sedangkan saya sendiri berperan sebagai pemandu acara. Kami bekerjasama dengan guru pendamping di masing-masing kelompok untuk menyampaikan maksud dari apa yang saya sampaikan di awal serta memberi penguatan ke anak bahwa inti dari latihan fisik dalam ekstra silat itu bisa dilakukan dengan media apapun, tidak bergantung pada satu media saja, misal matras, barbel, samsak sebagaimana yang sering kita pakai dalam latihan.
Praktik siklus kedua : Mandiri menentukan cara. Setelah semua informasi dan penguatan disampaikan ke anak, kami mulai memberikan misi. Kami memberikan kebebasan kepada anak untuk mencari benda apapun disekitar tempat latihan untuk kemudian dibuat menjadi media yang bisa digunakan untuk latihan bersama dengan teman-teman lainnya. Mereka mulai bergerak melakukan misinya dengan ditemani satu guru sebagai fasilitatornya. Tak disangka ternyata anak-anak bisa menemukan media diluar perkiraan kami. Kelompok pertama menemukan beberapa botol dan sandal bekas. Botol tersebut diisi pasir hingga penuh dan ditaruh berjajar. Sedangkan sandal bekasnya digunakan untuk melempar dari kejauhan. Ketika saya tanya alasannya kenapa hal itu bisa dijadikan media latihan, mereka menjawab : “iya, kami membuat media untuk latihan kefokusan, karena dalam silat juga dibutuhkan kefokusan pada sasaran, saat memukul atau menendang.” Kiranya keterangan inilah yang muncul dalam pembahasan kelompok mereka.
Tidak cukup sampai disitu, tim kelompok satu juga menambahkan tantangan berjalan jongkok dengan jarak yang dekat untuk bisa melatih otot dan kekuatan kaki. Dalam praktiknya anak akan diminta berjalan jongkok mengambil sandal bekas yang disediakan untuk kemudian bisa digunakan untuk melempar botol berisi pasir yang sudah disiapkan. Untuk memahamkan kelompok lain terkait peraturan permainan ini, akan ada perwakilan satu anak dari kelompok satu yang akan menjelaskan dengan didampingi fasilitator dalam kelompok dan hal demikian akan dilakukan oleh kelompok yang lain juga.
Kelompok
dua rupanya tak mau kalah. Mereka menemukan dahan kayu yang menghubungkan
antara 2 pohon hingga bisa digunakan untuk bergelantungan dan latihan meniti
untuk keseimbangan. Tak lupa fasilitator juga turut mencoba media tersebut.
Tujuannya agar anak mendapat contoh yang jelas dan lebih mudah untuk dipahami. Untuk anak-anak
yang sudah berani, mereka terlihat semangat untuk mencoba bahkan hingga
berkali-kali. Untuk yang belum berani, kami akan membantu anak dengan memegangi
tangannya saat meniti. Tak apa, meski beberapa anak terlihat ragu, akhirnya
mereka berani mencoba dan itu menunjukkan bahwa anak sudah mampu mengalahkan
rasa takutnya. Terlihat juga dalam latihan ini, anak-anak saling membantu agar
teman lain yang mencoba tidak terjatuh dari media.
Untuk
kelompok tiga, mereka menemukan ranting kayu panjang dan potongan kayu besar.
Mereka menjadikan benda tersebut sebagai media untuk melatih keseimbangan juga,
namun bedanya dalam meniti kayu besar tersebut anak akan membawa ranting
panjang untuk membantu menjaga keseimbangan, layaknya aksi yang biasa
dipentaskan oleh pemain akrobat. Setelah berhasil meniti kayu hingga ujung,
tongkat boleh diletakkan dan anak akan melakukan aksi roll depan sebagaimana
praktik materi yang diajarkan di dua minggu sebelumnya.
Begitulah tiga media yang diciptakan anak-anak. Kami membuat kesepakatan untuk bergantian dalam memainkan tiga media tersebut hingga semua anak bisa mencoba ketiganya. Kami melihat anak-anak begitu semangat dan antusias dalam mencoba semua media yang diciptakannya. Mungkin inilah arti merdeka belajar bagi mereka. Bisa belajar dengan media apapun yang diciptakan dan sesuai dengan keinginannya.
Begitu menyenangkan kegiatan hari ini. hingga tidak terasa waktu kelas ekstra di hari itu sudah selesai, kami mengakhiri sesi latihan dengan foto bersama dan menyorakkan slogan baru yang tiba-tiba terbentuk saat itu. Slogan kami saat itu adalah : “Ekstra Silat,….. Sehat, Kuat, Semangat”. Begitulah ceritaku bersama anak-anak saat kelas ekstra. Saya tersenyum lepas saat menuliskan cerita ini, membayangkan anak-anak dengan tingkah lucunya saat merayu saya untuk melakukan hal serupa di latihan berikutnya. Saya sebagai guru, tentunya mengangguk dan dengan senyum semangat meng-iyakan permintaan mereka.
Praktik siklus ketiga : refleksi untuk perbaikan. Setelah kembali dari tempat latihan, sepulang sekolah kami mencoba merefleksikan kegiatan, dan kiranya memang masih ada ketidak tepatan yang kami lakukan dan harus diperbaiki. Ketidak tepatan itu adalah pada saat anak-anak selesai mencoba semua media sedangkan ada teman lain yang belum selesai. Kami lupa untuk memberikan intruksi selanjutnya kepada mereka, dan akhirnya beberapa dari mereka ada yang bermain air di tepi pantai, berjalan jauh mencari kerang, dan lain sebagainya. Melihat hal itu kami langsung mengingatkan anak untuk tidak bermain jauh dari lokasi latihan dan tetap dalam pengawasan guru. Kami memberikan kesempatan kepada anak utuk bermain sekedarnya dan tidak berlebihan serta dengan batasan waktu yang telah kami sepakati.
Itulah
refleksiku pada kegiatan ini, dan akan saya perbaiki untuk kegiatan berikutnya
serta mempraktikkan kembali siklus merdeka belajar dari awal. Hal itu akan
terus terjadi. Karena dalam sebuah siklus memang tidak ada titik akhir, akan
terus berkelanjutan. Saat tiba waktu untuk merefleksikan, pasti akan tetap kita
temukan beberapa kesalahan, dan justru dari kesalahan itulah kita akan bisa
melakukan perbaikan untuk masa depan.
Keren sekali...
BalasHapusSambil membaca saya membayangkan, kebahagiaan, keceriaan dan kepuasan anak-anak. Merdeka belajar dot diterapkn di segala bidang ya...
Terima kasih pak guru Joko.
Tuhan memberkati bapak dan murid-murid bapak yang luar biasa🙏
Masyaallah... Terimakasih kepada tim guru silat umar harun yg sdh mengajarkan banyak hal kpd anak2 kami.... Semangat....
BalasHapusTak menyangka dan tak ku duga, kegiatan ekstra silat akan membuahkan rasa menyenangkan untuk saya pribadi dan teman-teman lainnya. awalnya,saya merasa kesulitan mengaitkan barang yang saya temukan bersama teman-teman dengan materi silat (karena belum tahu banyak teorinya silat) :) :) Alhamdulillah, dengan dukungan dan motivasi Bapak Guru Joko, saya bersama kelompok satu sedikit berhasil menemukan permainan untuk melatih kefokusan dan melatih kekuatan otot kaki dipermain (Sandal Botol Jatuh) :)
BalasHapusTerima kasih semuanya atas pengalaman berharga ini :)
semangat untuk latihan silat berikutnya :)