Sabtu, 24 Oktober 2020

BELAJAR MENGELOLA EMOSI MULAI DARI DIRI SENDIRI

 


BELAJAR MENGELOLA EMOSI MULAI DARI DIRI SENDIRI

Oleh : Nadia Jirjis - Wali Murid dari Afaf (4 SD) dan Aida (1 SD)


       "Brakkk,...."

    Tiba-tiba terdengar si kakak menggebrak meja komputernya. Sepertinya dia merasa gemas menghadapi tantangan gamenya. Ini bukan pertama kali dia bersikap ekspresif seperti ini saat main game. Bahkan kadang seperti marah-marah sesaat, dan kemudian selesai. Tentu sebagai ibu, aku khawatir melihat hal ini. Sering secara spontan aku langsung meresponnya dengan bertanya pelan namun jelas terdengar nada mengingatkan "Ada apa kaaak..". Dia pun menjawab pelan dengan nada jengah seperti tidak ingin diingatkan "Iyaaaah..."

    Setelah main game, kakak masuk ke kamarku. Dari ekspresinya, sebenarnya aku tau kalau dia seperti tidak ingin membicarakannya lagi. Tapi perasaan khawatirku dan keinginanku untuk menasehatinya lebih dominan. Akhirnya, pelan kuajak dia ngobrol merefleksikan peristiwa tadi. Benar saja, dia hanya menjawab "Iyaaa.. Iyaaa..".

    Karena gemas melihat responnya dan ingin segera menyelesaikan persoalan, aku langsung bertanya "Kakak merasa nggak kalau itu salah dan ga baik?". Kakak pun menjawab "Enggak". Kaget mendengar jawabannya, aku pun kembali bertanya "Loh.. Kok bisa? Menurut kakak itu nggak masalah ya..?". Dia kembali menjawab "Enggak.. Ya itu biasa aja, aku ga marah sama siapa-siapa, mah.. Aku marah sama diri sendiri. Ya malah nggak enak kalau ga dikeluarkan emosinya, mah.. ".

    Jujur, aku kaget terhenyak mendengar jawabannya. Tapi tetap saja aku berusaha menasehatinya "Tapi mamah takut kak.. Emosi bisa dikelola dengan lebih baik, kok kak.. Nggak harus dengan marah-marah dan menggebrak meja". Kakak diam dengan raut wajah tidak setuju. Tak lama, terdengar suara adzan dari luar, kakak pun beranjak sambil bilang pelan "Iyaaaa...". Dari raut wajahnya aku tau, dia masih meyakini alasannya dan belum bisa menerima masukanku. Akupun makin khawatir dan cemas.

   Tiba-tiba Baba masuk kamar, segera kuceritakan kejadian ini. Lengkap dengan kekhawatiran dan kecemasanku. Dengan santai Baba menanggapi "Nggak apa apa.. Lama-lama dia akan belajar juga, belajar dari sekelilingnya". Aku terdiam mendengar jawaban santai Baba. Setengah mengiyakan, setengah berpikir "Sepertinya, sebaiknya aku yang memulai lebih dulu untuk belajar mengelola emosi, deh.." Yah.. Walau masih saja ada rasa khawatir, tapi setidaknya ada lebih banyak lagi harapan baik yang memenuhi hati saat ini. Semoga..






1 komentar:

  1. Anak adalah pembelajar sejati, ia belajar dari sekelilingnya... sangat menarik cerita ini 🥰🥰

    BalasHapus