MEMAHAMI KEBUTUHAN ANAK UNTUK LITERASI BERMAKNA
Oleh : Juhaini’ah – Fasilitator Kelas KB A
"Siapakah Aku?"
"Aku berjalan sangat lambat. Aku membawa rumahku kemanapun aku pergi. Siapakah Aku?"
Ungkapku saat membacakan buku cerita tipis berbetuk bantal kepada Mas Haidar (usia ± 2 tahun, kelas KB A Sekolah Islam Umar Harun).
"Kura-kura..." Jawab mas Haidar sambil membuka bukunya. Memastikan apakah jawabannya benar atau salah.
"Mau lanjut lagi mas Haidar?" tanyaku.
"Mau..." Jawab mas Haidar sambil menganggukkan kepalanya berkali-kali.
"Aku suka berenang. Kakiku berselaput. Kwek.. kwek... kwek... Siapakah Aku?" Lanjutku membacakan ceritanya.
"Bebek...." Jawab mas Haidar lagi.
"Aku suka bergelantungan dipohon-pohon. Aku suka makan pisang. Uu...aa...uu...aa... Siapakah Aku?"
"Monyet...."
Hingga selesai membacakan bukunya sambil bermain tebak-tebakan hewan tadi, Mas Haidar terlihat sangat antusias mendengarkan. Bahkan sambil senyum-senyum saat tahu jawabannya benar.
Sebelumnya, saya sempat mendengar cerita dari orangtua Mas Haidar, kalau Mas Haidar belum begitu tertarik dengan buku. Bahkan melihat gambar di buku pun juga belum tertarik. Dia lebih suka main HP.
Di sini ibunya Mas Haidar berefleksi. Kenapa Mas Haidar sampai belum tertarik dengan buku?. Ya, karena ibunya merasa kurang memfasilitasi anak dengan buku. Ketika hendak tidur, sebetulnya Mas Haidar juga dibacakan cerita oleh orangtuanya. Namun, hanya sekedar karangan-karangan cerita yang dibuat orangtuanya sendiri. Belum pernah bercerita menggunakan buku. Sehingga sang anak belum tertarik dengan buku.
Di dalam salah satu program kami di kelas KB A, ada kegiatan "Book time". Ya, kegiatan yang membiasakan anak untuk membaca buku cerita atau medengarkan cerita. Dengan 'Tujuan Belajar' membantu mengembangkan 'Indikator Kognisi Anak' yaitu ; "Anak Menunjukkan ketertarikan pada buku, seperti: melihat gambar di buku".
Akhirnya, kami mengajak orangtua untuk mengenalkan anak dengan buku cerita. Orangtua di rumah bisa membiasakan membacakan buku cerita kepada anak setiap hendak tidur. Hal tersebut sudah tertulis dibuku panduan orang tua untuk kegiatan di rumah/PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).
Dengan adanya program tersebut, Alhamdulillah orangtuanya Mas Haidar antusias dan ingin sekali mengenalkan Mas Haidar dengan buku-buku cerita. Karena di rumah kurang begitu ada buku cerita anak-anak, akhirnya sang ibu berusaha meminjamkan buku cerita di Perpustakaan Umar Harun. Dan bersyukur sekali, di Perpustakaan tempat sekolah Mas Haidar, memfasilitasi orangtua untuk peminjaman buku.
Saat meminjam buku, orangtua tidak meminjam sendiri. Orangtua tersebut mengajak anaknya, yaitu mas Haidar untuk memilih buku sesuai kesukaannya. Alhamdulillah, setelah anak dilibatkan sendiri dalam memilih buku (sesuai kesukaan), Mas Haidar di rumah mulai tertarik dengan buku dan mau melihat gambar-gambar di buku sambil menunjuknya. Mas Haidar juga mulai suka bertanya-tanya tentang gambar yang ada dibuku sambil menyebutkannya.
Hal tersebut terbukti saat di sekolah. Saat Mas Haidar dibacakan buku cerita, buku bantal, Mas Haidar siap mendengarkan dan antusis melihat gambar-gambarnya. Seperti ceritaku di awal.
Eits, proses seperti tersebut tidak sebentar ya. Prosesnya, lumayan lama. Menurut observasiku, anak yang belum begitu tertarik dengan buku, jika dibacakan buku cerita panjang akan mudah bosan. Apalagi kalau tidak sesuai kesukaannya.
Jadi menurutku, untuk pertama kali kita mengenalkan atau membacakan buku cerita kepada anak yang belum begitu tertarik dengan buku, apalagi diusia ± 2 tahun, alangkah baiknya, dibacakan buku cerita tipis, simpel, dengan gambar yang menarik dan sesuai dengan kesukaan anak.
Alhasil, jika anak sudah mulai terbiasa mendengar dan melihat buku cerita, anak akan makin tertarik dengan buku-buku yang lainnya juga. Aku pun sebagai orang dewasa juga seperti itu. Aku akan mulai belajar suka baca buku yang sesuai genreku dan memilih buku yang tipis dulu. Cerita dan tulisannya juga cenderung lebih pendek. Hehe....
Salam Literasi. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar