KARYA TULIS ILMIAH
Menjadi
Guru Belajar untuk Anak Zaman Now
Oleh:Zakiyatun Nisa
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Guru dan belajar, dua kata yang jarang
disandingkan, padahal guru belajar adalah esensial sebelum mencapai cita-cita.
Tanpa cita-cita, sulit untuk memotivasi diri dan menjalani profesi. Cita-cita
guru akan menentukan pencapaian cita-cita anak dan keseluruhan tujuan pendidikan
di lembaga kecil maupun di lingkup kebangsaan.[1]
Guru yang mempunyai cita-cita atau harapan, maka akanterus belajar
sebagai bentuk adaptasi diri untuk memenuhi kebutuhan muridnya yang hidup dan
terus berkembang di zaman modern. Dimana teknologi menjadi bagian penting dalam
mekanisme kehidupan sehari-hari.Maka hal ini sangat sesuai dengan maqolah dari
Sayyidina Ali bin Abi Thalib, ‘’Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya’’. Adapun
dari maqolah tersebut, dapat kita maknai bahwa peranan guru yang sadar akan
kebutuhannya untuk terus belajar dan menyesuaikan diri akan berdampak besar
pada perkembangan muridnya. Semakin tinggi semangat guru untuk belajar, maka
akan semakin tinggi pula semangat murid-murid mencapai cita-citanya.
Guru mempunyai kebutuhan untuk belajar tidak hanya berhenti pada
mengajar, karena dengan belajar guru dapat memahami apa yang dimaknai sebagai
standard dan praktik yang baik, dalam konteksnya. Proses sirkular: mendapat
inspirasi, memikirkan solusi, menghasilkan solusi, menghasilkan aksi, dan
kemudian melakukan refleksi berkelanjutan. Hasil dari proses belajar guru tahu
bagaimana dan kapan menggunakan strategi yang berbeda dan lebih efektif. Guru
terus terdorong fleksibel berinovasi saat strategi rutin tidka berjalan.[2]
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,
makapermasalahan pokok yang akan dikaji
harus dirumuskan agar menjadi lebih fokus. Terdapat lima masalah dalam
kajian ini.
1.
Bagaimana Guru Belajar?
2.
Apa ciri-ciri Anak Zaman Now?
3.
Apa keterampilan yang dibutuhkan oleh Anak
Zaman Now?
4.
Bagaimana cara belajar Anak Zaman Now?
B.
Tujuan
Tujuan menjadi target capaian dari
pembahsan masalah yang telah ditentukan. Berdasarkan rumusan masalah yang ada,
terdapat lima tujuan dalam kajian ini.
1.
Untuk mengetahui konsep Guru Belajar
2.
Untuk mengetahui ciri-ciri Anak Zaman Now
3.
Untuk menjelaskan keterampilan yang dibutuhkan
oleh Anak Zaman Now
4.
Untuk menjelaskan cara belajar Anak Zaman Now
C.
Manfaat
Berdasarkan tujuan yang ada, terdapat dua
manfaat dalam kajian ini.
1.
Secara Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan, informasi dan cakrawala ilmu yang berkenaan dengaan perkembangan
pendidikan untuk anak zaman now sebagai referensi yang berupa bacaan ilmiah.
2.
Secara Praktis
Makalah ini diharapkan dapat membantu dalam
memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi para mahasiswa dalam belajar.
II.
PEMBAHASAN
1. Konsep Guru Belajar
Guru belajar adalah guru yang memahami kebutuhannya sebagai
seorang pendidik untuk terus mengembangkan diri dengan tanpa menunggu perintah
atasannya. Tapi bergerak atas kesadaran dan kebutuhannya untuk belajar.Guru
yang belajar adalah guru yang merdeka atas dirinya.Berkembang atas dirinya
sendiri tanpa paksaan, iming-iming atau sogokan.Namun, atas tujuan yang
dimiliki guru tersebut, sehingga menjadikan dirinya mampu menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi apapun.
Guru merdeka belajar
mempunyai komitmen pada tujuan yaitu guru yang paham kenapa perlu mengajar
suatu materi dan kaitannya dengan aplikasi sehari-hari. Guru yang merdeka
belajar itu selalu berusaha mandiri, selalu bergantung pada dirinya sendiri
untuk mengatasi tantangan, tidak mudah menyerah menghadapi tantangan atau
menyalahkan orang lain dan keadaan. Guru yang merdeka belajar itu reflektif,
yaitu berani meminta umpan balik secara aktif dan menilai diri sendiri dengan
objektif.Salah satu faktor utama yang mempengaruhi rasa berdaya guru adalah
pengalamannya sebagai murid, baik di masa lalu maupun di saat ini. Guru belajar
juga membutuhkan lingkungan yang mendukung dirinya untuk merdeka dan berdaya.[3]
Guru perlu paham
terkait apa yang akan disampaikan ke muridnya karena guru yang akan menjadi
fasilitator mengantarkan murid untuk menemukan pengetahuannya. Selain guru tahu
akan tujuannya mengajar, guru juga perlu mengaitkan materi yang disampaikannya
dalam kehidupan sehari-harinya, karena murid belajar bersama guru sebagai bekal
kehidupannya tidak hanya sekedar untuk menuntaskan ujian dan mendapatkan nilai.
Sebuah proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan akan lebih bermakna dan
berkelanjutan dalam kehidupannya tidak hanya berhenti pada deretan angka yang
tidak bersuara. Hal ini sesuai dengan teori pembelajaran dari Combs yang
menyatakan bahwa apabila murid dapat mengaitkan bahan pelajaran dengan
kehidupan mereka, itu berarti misi guru telah berhasil.
Guru yang berdaya
tidak akan mudah menyerah dengan segala tantangan yang dihadapinya. Guru
belajar seperti ini akan lebih memilih untuk mencari cara dalam menyelesaikan
permasalahan tidak berkutat untuk mencari beribu alasan dan memilih menghindar
dalam penyelesaian prmasalahn yang ada, bahkan cenderung akan menyalahkan semua
pihak yang berkaitan dengan dirinya.
Guru yang bersedia
untuk bercermin akan lebih memiliki kekayaan hati dan fikiran karena guru
tersebut selalu terbuka untuk menerima masukan dari orang lain sebagai bahan
perbaikan dirinya. Kemampuan melakukan refleksi, dapat digunakan sebagai
penyeimbang diri bahwa, guru adalah manusia biasa yang tak luput dari sebuah
kesalahan dan keterbatasan.Sehingga guru tidak terjebak oleh anggapan bahwa
dirinya adalah dewa yang paling tahu di ruang kelas. Hanya apa yang dikatakan
dan dilakukannya yang dipercaya dana akan ditirukan. Anggapan inilah yang akan
menghambat seorang guru memercayai bahwa anak pun dapat menjadi sumber belajar
bagi teman-temannya, bahkan bagi guru itu sendiri. Ada proses gagal dan keberhasilan
yang mewarnai proses pembelajaran pada setiap individu. Padahal, kegagalan
salah satu kesempatan berharga yang tersedia berlimpah dalam proses belajar
tapi jarang sekali dimanfaatkan.[4]Proses kebermaknaan dalam belajar seringkali dapat ditemukan
pada tahap refleksi, kita dapat mengambil hikmah dari kejadian sebelumnya untuk
diperbaiki pada proses belajar selanjutnya.
2.
Ciri-ciri Anak Zaman Now
a.
Otonomi Mengelola Diri
Anak Zaman Now lebih fokus pada pencapaian kebutuhan diri
daripada sekedar mengejar sesuatu, yang mana kepemilikan atau jabatan menjadi
status sosial yang dibanggakan. Hal tersebut dapat kita temui pada generasi
sebelumnya, yaitu semakin banyak kepemilikan benda atau semakin tinggi jabatan
maka akan semakin terhormat orang tersebut. Anak Zaman Now lebih
memprioritaskan pada pengelolaan diri dibandingkan kepemilikan. Disinilah peran
guru untuk mendampingi proses pengelolaan diri agar tetap sesuai tujuan.
b.
Peka Terhadap Perubahan
Anak Zaman Now menjalani kehidupan yang relative lebih aman dibandingkan
generasi sebelumnya.Perubahan yang terjadi tidak dimaknai sebagai ancaman, tapi
lebih sebagai tantangan, sebagaimana tantangan dalam permainan daring (online)
yang mereka mainka.Mereka cenderung optimis sehingga merasa mampu menghadapi
tantangan.Lebih dari itu, mereka juga terdorong untuk mencari
tantangan-tantangan baru.[5]
c.
Mudah Mengalihkan Fokus
Anak Zaman Now cenderung lebih cepat merasa bosan jika menemukan
suatu pembelajaran yang dianggapnya sudah tidak sesuai tantangan, maka anak
dapat dengan mudah mencari suatu hal yang baru atau beralih mencari tantangan
yang berbeda. Semisal; sedang ada kelas online menggunakan zoom, Gmeet, w.a,
atau aplikasi lainnya, Anak Zaman Now didapati sesekali membuka instagram,
facebook atau youtube untuk mengalihkan kebosanannya. Maka, dari itu, mereka
bukan terpaku pada satu hal, tapi mudah mengalihkan fokus.
d.
Kebutuhan Teman Bicara
Selain mereka cepat merasa bosan dan membutuhkan beragam
tantangan, mereka juga membutuhkan teman bicara.Dulu mereka aka memlilih
menulid di kertas atau di buku tulis semua perasaan yang mereka rasakan.Namun,
sekarang mereka dapat mencurahkan segala sesuatunya melalui media
sosial.Disinilah peran guru dapat hadir menemani sebagai kawan dan bertukar
pikiran, berdiskusi bersama anak.
3.
Keterampilan yang Dibutuhkan Anak Zaman Now
a.
Berfikir Kritis
Kemampuan anak untuk mengolah informasi yang diterimanya lalu
dianalisa sesuai dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.Tantangan
pada abad 21 bersifat unik dan tidak bisa diprediksi. Kalaupun ada tantangan
yang berulang dan bisa diprediksi, maka tantangan tersebut akan dikerjakan oleh
robot. Anak Zaman Now perlu belajar menghadapi tantangan yang sesuai
zamnnya.Cara menghadapi tantangan yang unik dan tidak bisa diprediksi adalah
dengan mengembangkan keterampilan berfikir kritis.Mengacu pada hasil kerja P21,
berfikir kritis didefinisikan sebagai kemampuan berpikir yang meliputi analisis
system, analisis argument, membuat strategi berdasar hasil analisis dan
mengevaluasi efektivitas suatu strategi/metode.[6]
Peran guru untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis pada anak
adalah memfasilitasi agar pelajar terus menerus mencari informasi dan
menyediakan ‘’jembatan’’ untuk mengaitkan informasi-informasi ini dengan
situasi yang relevan dan dekat dengan kehidupan anak, baik di sekolah maupun di
lingkungan rumah.pada saat muird dapat melihat aplikasi topik yang dibicarakan
dalam konteks yang berbeda, maka akan semakin kuat ‘’jembatan kognitif’’ yang
terbangun.
b.
Kreativitas
Pada abad 21, kreativitas bukanlah milik seorang tokoh ataupun
milik sebuah lembaga besar.Kreativitas terdapat pada setiap anak.Kemampuan daya
cipta melalui sebuah ide dan menghasilkan sebuah karya.Hal ini menjadi modal
yang luar biasa untuak anak-anak zaman now.Itu terbukti sekarang dapat dengan
mudah anak-anak mengasilkan banyak rupiah melalui konten kreatif yang mereka
unggah di Youtube atau media sosial lainnya.Sehingga sebagai guru bisa
menyikapi lebih luas dan memberikan ruang-ruang imajinasi untuk anak, ketika
mungkin mereka mewarnai sebuah gambar gunung atau laut dengan warna ungu, merah
dll.Bisa jadi dimulai dari situlah kreativitas anak muncul. Sikap guru,
tanyakan dan gali proses lahirnya ide tersebut.
c.
Komunikasi
Komunikasi antara murid dan guru sering terjadi, namun hanya
sebatas prosedural ketentuan belajar dan mengajar di dalam kelas.Komunikasi
tentang sapaan, empati dan senda gurau masih sedikit hal itu terjadi di ruang
kelas.Semisal hal tersebut ada, biasanya terbangun karena ada pembahasan nilai
yang jelak di kelas yang dilanjutkan menjadi gurauan, yang mungkin sebenarnya
hal tersebut tidaklah lucu.Komunikasi untuk anak zaman now lebih dikuatkan
untuk membangun motivasi diri dan hubungan yang lebih memanusiakan antara guru
dan murid. Maka jika itu terbangun di ruang kelas, kita akan melihat anak-anak
yang mampu mnegkomunikasikan ide dan karyanya, percaya diri dan lancar
presentasi di depan banyak orang, pandai melihat titik temu untuk membuka
percakapan, mendengar dan menerima masukan orang lain, serta meyakinkan orang
lain untuk menggunakan karya atau layanannya. Komunikasi adalah kunci utama
untuk penghargaan terhadap suatu karya.
d.
Kolaborasi
Kemampuan menjalin hubungan atau berjejaring hanya akan dapat
dilakukan oleh orang yang bersedia untuk berkolaborasi. Bekerjasama dengan
semua pihak yang terkait dengan tujuan belajar dalam mengembangkan karya. Hal
ini tentu akan sulit ditemukan jika kita masih memilih jalur kompetisi.
Menumbuhkan daya saing antar murid satu dan lainnya.Alih-alih hal itu dapat
membangkitkan semangat belajar anak, tapi justru banyak memicu kesenjangan
antar murid. Sehingga anak akan cenderung menjadi baik untuk dirinya sendiri.
Padahal menjadi baik bersama itu lebih sesuai dengan konteks hadis
‘’Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain’’. Merujuk pada
artikel Alfie Kohn, analisis terhadap banyak riset (meta analisis) menunjukkan
bahwa anak lebih efektif belajar dalam suasana kolaborasi dibandingkan dengan
suasan kompetitif (Kohn,!987). Hasilnya, pelajar yang mempunyai kemampuan kolaborasi
cenderung mempunyai capaian akademis yang lebih baik.
4.
Cara Belajar Anak Zaman Now
Pada masa lalu, kebiasaan lama mengajar mungkin relevan dengan
situasi zamannya.Sumber pengetahua terbatas sehingga guru bisa jadi sumber
pengetahuan tungal bagi anak.Peralatan yang terbatas sehingga tidak
memungkinkan anak-anak mencatat pelajaran penting.Tuntutan kebanyakan pekerjaan
pun cenderung mekanis dan hanya membutuhkan kemampuan kognitif tingkat rendah
(hafalan).Tapi, untuk zaman now, kebiasaan lama belajar perlu kita pikirkan
ulang.Zaman telah berubah, tantangan pun berubah.Perubahan zaman telah dikenal
Anak Zaman Now bahkan sebelum mereka masuk sekolah.Sebagian besar anak Zaman
Now sudah mengakses perangkat digital sedari dini.Mereka bukan hanya pasif mendapatkan
informasi, tapi juga aktif mencari informasi.Sedari kecil, orangtua dan guru
bukan satu-satunya sumber pengetahuan bagi anak. Tantangan pekerjaan yang akan
dihadapi Anak Zaman Now pun sudah berubah. Pekerjaan berulang dan mekanis akan
diserahkan pada robot. Maka, siapkan Anak Zaman Now dengan cara belajar yang
berbeda agar siap menghadapi tantangan zamannya. Jangan sampai Anak Zaman Now
kalah bersaing dengan para robot.[7]
Cara Kerja Otak (Adaptasi dari buku Brain Rules, karya John Medina) |
||
Cara Kerja Otak |
Cara Belajar yang Tidak Disarankan |
Cara Belajar yang Disarankan |
Otak berkembang seiring evolusi manusia yang membutuhkan
pergerakan. Otak aktif ketika tubuh aktif. |
Anak diminta duduk diam mendengarkan dan mencatat penjelasan.
Aktivitas yang menuntut tubuh jadi pasif. Tubuh pasif, otak pasif. |
Anak terlibat aktif dalam proses belajar. Aktif berdiskusi,
melakukan percobaan, bergerak dan berganti posisi. Tubuh akti, otak aktif. |
Otak manusia mengalami perkembangan yang dinamis. Puncak
belajar otak adalah penalaran simbolis (logika dan bahasa) |
Anak hanya diminta menghafal atau melakukan aktivitas kognitif
tingkat rendah seperti menghafal dan menjawab soal-soal hafalan. Anak cukup
belajar secara individual. |
Bukan diminta menghafal, anak ditantang untuk memecahkan
masalah dan menganalisisinya, kemudian mempresentasikan solusinya dalam
berbagai kegiatan diskusi kelompok. |
Setiap anak mempunyai susunan
otak yang berbeda, sesuai dengan jumlah dan ragam pengalaman dan
penalarannya. |
Semua anak belajar materi yang sama dengan cara belajar yang
seragam sepanjang waktu. Satu pengalaman belajar untuk semua anak. |
Setiap anak mendaptkan tantangan belajar sesuai kemampuannya
dan mendapatkan kesempatan mencoba beragam cara belajar, Anak-anak mendapat
pengalaman yang beragam. |
Otak tidak memperhatikan hal-hal membosankan. Memperhatikan
hal yang menyentuh emosi, memahami makna sebelum detail dan fokus pada satu
perhatian. |
Anak mendengarkan ceramah lebih dari 10 menit tanpa mengetahui
relevansi pembahasan dengan kehidupannya. Proses belajar yang langsung
menjelaskan ke detail materi namun miskin sentuhan emosi. |
Anak diajak untuk memahami makna pentingnya suatu materi
pelajaran sebelum mempelajari detail materinya secara lebih jauh. Disamping
itu, proses belajar disertai jeda dan variasi kegiatan. |
Otak mengolah informasi yang diterimanya ke berbagai system
dan melalui tahapan. Semakin kompleks mencerna informasi, semakin otak akan
mengingatnya. |
Anak diminta menghafal secara langsung, tanpa proses yang
kompleks. |
Proses belajar yang mengenalkan anak beraam cara yang kompleks
untuk mencerna informasi, seperti menggunakan jembatan keleddai (ingat
mejikuhibiniu) atau memberikan kisah yang memikat sebagai pengantar dan
mengkaitkan pelajaran dengan pengalaman anak. |
Otak akan melupakan informasi yang jarang digunakan.Semakin
tidak digunakan, semakin cepat otak melupakan suatu informasi. |
Anak banyak mendapatkan informasi pengetahuan yang tidak
bermakna bagi kehidupannya, sehingga apa yang mereka pelajari akan hilang
selepas ujian. |
Anak menyimpan pengetahuan yang bermakna sehingga dapat
mengingatnya kembali saat dibutuhkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. |
Otak mengalami ketegangan terus menerus. Tidur dan istirahat
yang cukup membantu otak belajar. |
Cara belajar dengan durasi yang lama dan tanpa fase tidur atau
istirahat siang yang memadai. |
Cara belajar yang memberi jeda danistirahat yang memadai pada
anak.Anak bukan mesin yang bisa bekerja terus menerus. |
Otak yang stres akan belajar denagn cara yang berbeda. Stres
kronis melumpuhkan kemampuan belajar otak. |
Cara belajar yang menempatkan anak pada situasi tertekan atau
terancam. Ketika merasa tidak aman, anak tidak belajar. |
Membangun suasana yang aman dan aman bagi anak.Memberi
tantangan belajar sesuai tumbuh kembang anak. |
Semakin beragam rangsangan belajar, otak semakin belajar. |
Anak hanya mendapat
satu jenis rangsangan, yang biasanya dalam bentuk suara. |
Anak terlibat dalam penagalaman yang memungkinkannya mendapat
rangsangan belajar yang beragam, seperti penglihatan, bau, pendengaran,
sentuhan dan lainnya. |
Informasi dari penglihatan lebih banyak mendapat perhatian
otak. |
Cara belajar yang menuntut mendengarkan . |
Cara belajar yang mengaktifkan indera penglihatan anak,dengan
beragam cara sesuai kondisi kelas: menonton film/video, membuat poster, atau
membuat pertunjukan drama. |
Otak laki-laki dan perempuan berbeda keunikannya. |
Cara belajar dengan mengelompokkan dengan gender yang sama |
Cara belajar yang memfasilitasi anak belajar berkelompok
dengan gender yang sama maupuan lintas gender. |
Otak manusia adalah otak penjelajah belajar. Bayi
merupakanmodel belajar. Dipandu rasa ingin tahu, bayi mengamati, menyusun
hipotesis,eksperimen dan menyimpulkan. |
Cara belajar yang menempatkan anak bersikap pasif menerima
pengetahuan dari guru/orangtua |
Cara belajar yang memancing rasa ingin tahu, memandu
pengamatan, menyusun hipotesis, melakukan eksperimen dan membuat kesimpulan.
Anak menemukan sendiri pengetahuannya. |
Adapun tabel tentang cara keja otak diatas dapat menjadi panduan
guru dalam membersamai proses belajar yang menumbuhkan bagi murid bukan
memaksakan. Harapannya empat keterampilan yang harus dimiliki oleh Anak Zaman
Now dapat muncul dan berkembang sesuai dengan keberagamannya masing-masing.
Kebutuhan dan kemampuan siswa menjadi acuan dalam proses
belajar.Realitanya, hal tersebut sering terabaikan karena kebutuhan teknis
administrasif.Pada akhirnya, pendidikan lebih mengacu pada target dengan
mengabaikan anak sebagai subyek. Maka cara belajar yang mengacu pada kebutuhan
dan kemampuan murid itu lebih manusiawi dan efektif. Dengan berbagai
variasinya, cara belajar di sekolah dapat dikategorikan menjadi dua macam yaitu
menanamkan dan menumbuhkan. Menanamkan adalah cara belajar yang menganggap anak
sebagai kertas kosong atau lahan kososng yang ditanami berbagai penegtahuan
dari orang dewasa. Menumbuhkan adalah cara belajar yang bisa tumbuh berkembang
dengan mencerna sendiri berbagai pelajaran. [8]
Perbedaan menanamkan dan menumbuhkan dapat dipelajari ditabel
berikut ini.
ASPEK |
MENANAMKAN |
MENUMBUHKAN |
Analogi Anak |
Anak adalah kertas kosong.
Tugas pendidik menanamkan pengetahuan dalam diri anak |
Anak adalah benih kehidupan.
Tugas pendidik menstimulasi anak tumbuh berkembang |
Tujuan Pengajaran |
Mengajarkan materi pelajaran
agar anak mencapai target belajar yang seringkali berupa capaian nilai |
Memandu anak mengalami
pengalaman belajar yang kaya dan bergam agar anak terstimulasi untuk
berkembang |
Motivasi Belajar |
Motivasi eksintrinsik: ingin
hadiah, dapat nilai ujian bagus, takut dihukum atau dimarahi, ingin
bintang/stiker, penghargaan/ reward, tendensi kompetisi |
Motivasi intrinsik: rasa ingin
tahu, kesenangan dalam proses belajar, minat terhadap isi pelajaran, ingin
menjadi ahli, ingin membantu, tendensi kolaborasi |
Sumber Pengetahuan |
Buku teks tunggal yang
ditentukan. Tidak boleh menggunakan buku atau sumber lain |
Buku yang beragam,pengalaman
sendiri, teman, guru dan masyarakat luas |
Materi Belajar |
Standar untuk semua anak.
Semua anak harus belajar hal yang sama |
Paduan kebutuhan anak dan
lingkungan. Anak bisa belajar aspek pelajaran yang berbeda |
Proses Belajar |
Mendengarkan, menghafalkan,
dan memahami. Anak mencatat isi buku pelajaran ke buku catatannya untuk dihafalkan
dan dipahami. |
Mengalami, menalar dan
menyimpulkan. Anak mengalami beragam tantangan belajar untuk mendapatkan
suatu kesimpulan. |
Pekerjaan Rumah |
Bahan bacaan atau latihan soal
agar anak mengulang cara belajar yang sudah dilakukan di sekolah |
Tugas belajar yang
memfasilitasi anak menerapkan hasil belajar di konteks yang berbeda (di
rumah) untuk memperkaya pengalaman belajar anak |
Hasil Belajar |
Lulus ujian standar dengan
jawaban tunggal menjadi satu-satunya penilaian hasil belajar anak |
Karya atau portofolio yang
dinilai dengan kriteria tertentu. Ada beragam penilaian yang dilakukan
berulang kali. |
Cara belajar menanamkan bukan satu-satunyacara belajar. Adapula
cara belajar yang menumbuhkan. Cara belajar menumbuhkan percaya bahwa pemahamn
lebih penting dari hafalan.Pada pelajaran berhitung, anak-anak mengenali
berbagai benda di sekitar dan menghitung jumlahnya.Pada pelajaran membaca,
anak-anak menentukan benda yang menarik, kemudian diperkenalkan dengan ejaan
kata dari bemda tersebut.Anak mempelajari pelajaran yang relevan dengan
kehidupan sehari-hari.Semakin relevan maka semakin anak terpapar pelajaran yang
telah dipelajarinya.Bermula dari belajar benda konkrit menuju pelajaran yang
lebih abstrak sesuai tahap perkembangan anak.[9]
Cara belajar menumbuhkan memberi kemungkinan lebih besar pada
anak untuk mencapai tujuan-tujuan hidup yang lebih luas, tidak sekedar capaian
akademis.
III.
KESIMPULAN
Penting bagi pendidik untuk berfikiran terbuka dan memahami bahwa
setiap orang memiliki proses berfikir yang berbeda dan juga setiap orang
memerlukan waktu yang berbeda untuk mengolah informasi. Jika kita ingin
memahami perbedaan pelajar, maka kita harus berada di tengah-tengah perbedaan
tersebut. Dengan keragaman kemampuan yang dimiliki oleh anak, maka sebagai
pendidik perlu melakukan pengembangan diri dalam rangka memenuhi kompetensi
dirinya secara komprehensif untuk optimalisasi pendampingan sebagai fasilitator
proses belajar anak yaitu dengan belajar terus menerus dan melakukan pendekatan
cara belajar pada murid berdasarkan cara kerja otak dan karakteristik
menumbuhkan pengetahuan bukan menanamkan. Menumbuhkan semangat belajar pada
murid bukan dengan ancaman dan sogokan melainkan dengan penguatan dan motivasi.
Guru belajar adalah hal yang tidak mudah diperjuankan, tetapi secara jangka
panjang paling efektif untuk perubahan pendidikan apabila kita percaya bahwa kekuatan perubahan yang tidak dipaksakan dari pusat.
Sehingga kita bisa dengan mandiri melakukan perubahan itu. Menjadi guru belajar
untuk anak zaman now adalah suatu hal yang tak terelakkan karena zaman terus
berubah, maka kita sebagai pendidik harus siap dengan segala perubahan itu,
membersamai proses pembelajaran yang lebih baik. Pembelajaran yang relevan,
bermakna, berdampak dan berkelanjutan.Itulah bekal untuk genearsi penerus
bangsa.
Ingin tahu lebih banyak tentang karya guru lainnya, anda bisa membaca dengan klik Di sini.
Mau tahu lebih detail tentang Sekolah Islam Umar Harun, anda bisa membuka dan membaca profil Di sini.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, Najeela, Diferensiasi Memahami
Pelajar untuk Belajar Bermakna dan Menyenangkan, Literati, Tangerang
Selatan, 2017
Shihab, Najeela, Merdeka Belajar Di Ruang
Kelas, Literati, Tangerang Selatan, 2017
Shihab, Najeela, Semua Murid Semua Guru
Berpihak kepada Anak, Literati, Tangerang Selatan, 2009
Setiawan, Bukik, dkk, Panduan Memilih
Sekolah untuk Anak Zaman Now, Literati, Tangerang Selatan, 2018
Rejeki, Karuningtyas, dkk, Sekolah Apa Ini?,
Insist Press, Jogjakarta, 2019
[1] Najelaa Shihab,’’ Merdeka Belajar Di Ruang Kelas’’, Literati, Tangerang Selatan, 2017, hal:3
[2]Ibid., 8.
[3]Ibid., 6.
[4]Ibid., 89.
[5] Bukik Setiawan, Andrie Firdaus, Imelda Hutapea, ‘’Panduan Memilih Sekolah untuk Anak Zaman Now’’, Literati, Tangerang Selatan, 2018, hal:02
[6]Ibid.,18.
[7]Ibid., 32.
[8]Ibid., 39.
[9]Ibid., 43.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar